Saat ini saya sedang berusaha untuk berkonsultasi tentang kegiatan homeschooling Aisha dengan Mba Mirza. Saya berkenalan dengan Mba Mirza di grup facebook Indonesia Homeschoolers. Mba Mirza adalah praktisi homeschooling dan salah satu pendiri dari komunitas Indie Academy. Alhamdulillah beliau mau meluangkan waktu untuk sharing dengan saya. Input yang beliau berikan saya anggap sangat berharga dan bermanfaat tidak hanya bagi saya, tapi bagi orang lain. Maka dari itu dengan seizin beliau saya memposting hasil konsultasi saya dengan beliau di blog ini. Anda bisa dengan mudah mencarinya dengan mengklik tag tanya mba Mirza.
Tanya :
aku mau tanya tentang homeschool utk anak usia TK mba. Perlu buat jadwal atau tidak ya mba? misalnya hr ini buat craft ini, besoknya cooking itu. kalau menurut mba jadwal berdasarkan tema perminggu atau per bln bagaimana ya mba, sdh tepat atau belum ya? Juga tentang pelaksanaannya banyak menyita waktu atau tidak ya.. karena ini salah satu yang menjadi pertimbangan saya mengingat saya tdk ada pembantu di rumah.
Jawab :
Prinsip Homeschooling/home education kalo dalam praktek komunitas kami mengarahkan, mengupayakan, membangun diantaranya: kemandirian belajar , kecintaan belajar, kreatifitas, problem solving, lifeskill dan spiritual pada anak.
Sedari dini, anak perlu dilatihkan cara belajar yang efektif untuk membiasakannya mandiri dalam belajar. Salah satunya melibatkan anak membiasakan membuat jadwal kegiatan hariannya. Membuat jadwal adalah bagian dari keterampilan anak membuat perencanaan hidupnya.
Cara membuat jadwal:
1. Ajak anak ngobrol tentang kegiatan apa yang akan dilakukannya besok. Kegiatannya bisa diambil dari kegiatan harian, seperti mandi, membuat kue, membuka dan menutup pintu yang santun, berkebun, membaca, membuat craft, origami, ke supermarket, berkemah di halaman, menuang air, makan dsb. Anak dan orangtua bisa merencanakan urutan kegiatan yang akan dilakukan bersama-sama dari jam berapa mau berkegiatan, apa yang mau dilakukannya, persiapan apa aja yang bisa dilakukannya. Lamanya kegiatan anak kurang lebih 2 jam. bisa dipilih waktunya tergantung kondisi anak, bisa di pagi hari, sore hari, atau malam.
Kegiatan dilaksanakan bisa sambil bermain dan mengaitkan anak dengan kondisi lingkungan misalkan bisa dikaitkan dengan pengenalan warna yang ada di sayuran, atau di kamar mandi ketika sedang berkegiatan mandi, juga pengenalan bentuk dari barang-barang yang ditemui anak di tempat-tempat kegiatan.
Media kegiatan bisa di halaman rumah, di kebun, di meja makan, di kamar mandi, di dapur, di kamar tidur, di kebun binatamg, di supermarket dsb.
Membiasakan anak terlibat penuh membuat perencanaan hidupnya akan membuat anak menjadi mandiri membuat keputusan-keputusan terhadap dirinya. Anak juga terbiasa membuat visi misi hidupnya, membuatnya menjadi sosok yang visioner, berpikir ke depan.
Semakin dia besar, rentang waktu kegiatannya akan semakin panjang. Dari 2 jam, bisa 3 jam, bahkan mempersiapkan jadwal kegiatan seharian, seminggu, sebulan. Anak akan blueprint tentang dirinya mau dibawa kemana kelak… Dia tahu apa yang harus dia lakukan untuk kebaikan dirinya. Beda dengan di sekolah dimana anak-anak terbiasa belajar dengan disuapi PR, Mata pelajaran, Tugas-tugas, projek ini dan itu. Di sekolah, anak-anak ngga dilibatkan untuk merancang sendiri mata pelajaran yang ingin dipelajarinya, pr mana yang perlu dilatihnya, projek mana yang ingin ditekuninya. Semua anak terima jadi. Semua sudah diatur pihak sekolah, dan anak tinggal ikuti. itulah yang membuat anak-anak sekolah sekarang kurang inisiatif, ngga mandiri, ketika kegiatan sekolah ngga ada, dia ngga tau apa yang akan dilakukannya dalam konteks mencari hal yang bermanfaat untuk dirinya. Anak-anak sekolahan kebanyakan cenderung pembosan.
2. Menjelang kegiatan, ingatkan anak sekitar 1 jam sebelumnya ortu sudah mengingatkan anak akan rencana kegiatan. Sering-sering anak diingatkan mengingat daya ingat anak usia dini masih dalam keterbatasan.
3. ketika tiba waktunya, anak diajak untuk melaksanakan kegiatannya sambil main. Cek kondisi anak, sukakah dia dengan kegiatannya. Jika tidak suka, ganti dengan kegiatan lain. sebab program atau kurikulum secanggih apapun kalau anak tidak suka maka bisa dikatakan pendidikan yang diupayakan tidak berhasil. Jangan paksa anak.
Waktu dua jam hanya ukuran waktu perkiraan saja. Semua tergantung anak, apakah dia mau cepat atau lambat. Biarkan anak melakukan kegiatan berulang-ulang. atau lambat-lambat. Anak perlu mengkaji meresapi, mengeksplor dan menikmati kegiatan dengan caranya. Sambil berkegiatan dengan anak, ortu bisa memgobservasi anak.
4. Ketika selesai berkegiatan, anak diajak ngobrol. Minta anak cerita apa yang dilakukannya tadi selama berkegiatan. Ini kita sebut jurnal cerita kegiatan anak. Ortu tinggal menggali dengan pertannyaan-pertannyaan kepada anak seperti: jam berapa kita mulai kegiataannya tadi? ngapain aja ya.. dsb. Biar anak cerita banyak apa yang dilakukaanya, apa yang dilihatnya, apa yang dirasakannya, apa yang ingin ditanyakannya kembali dsb. Rekam cerita anak ini sebagai salah satu dokumentasi jurnalnya. Atau bisa juga ortu menuliskan cerita anak ini. Jurnal anak penting sekali buat anak untuk mengkontemplasi diri dari kegiatannya, anak juga bisa mengevaluasi kegiatannya sendiri, meningkatkan kemampan berbahasanya, juga membiasakan dia berpikir sistematis.
Kalau diawal-awal membuat jurnal/cerita anak, anak maunya cerita 1 kalimat saja, tidak apa-apa. Anak butuh proses, ortu perlu bersabar mendampinginya. Terima dan biarkan anak berbuat semampunya. Yang penting pembiasaan kegiatan ini berjalan terus. lama-lama cerita anak akan runut, dalam ada analisa, ide-ide yang muncul bahkan bisa mengkritisi kegiatannya dan membuat inovasi kegiatan.
Kalau anak senang dan ingin, kegiatan tersebut bisa diulang kembali. waktunya terserah anak.
Usahakan untuk selalu melibatkan dan menghargai pendapat anak sebagai hak anak, sedini mungkin usianya.
Sumber kegiatan bisa diambil dari kegiatan sehari-hari di rumah, atau dari kurikulum montessori atau Charlot Masion.