Cara Mengajarkan Problem Solving ke Anak (pertanyaan di Grup Indonesia Homeschooler)

Standard

Pertanyaan dari Mba Dini Dyah Lestari :

Hai teman2, saya mau nanya nih, gimana ya cara mengajarkan anak ttg “Problem solving”? mungkin dalam bentuk permainan ato praktek langsung, untuk anak usia 8 th. terima kasih 🙂

Jawaban dari Mba Mirza Dewi Yanti :

Hai mbak Dini, saya tertarik sharing tentang pertanyaan mba dibawah ini. Mudah-mudahan bisa bermanfaat.

Problem solving menurut saya lebih efektif kalau bisa diterapkan dalam pola asuh anak. Karena problem solver ini adalah karakter yang musti dibangun secara berproses dan bertahap, dan dilatihkan dari pengalaman hidupnya sehari-hari. Pola asuh yang bisa diterapkan untuk membangun karakter tersebut diantaranya:

1. Anak dilibatkan dalam mengambil keputusan terutama segala hal yang menyangkut dirinya. Seperti misalkan menu makanan di rumah, apa yang mau di pelajarinya, mau ngapain dia hari itu, les apa yang mau diambilnya dan cat warna apa yang ingin dipilihnya untuk kamarnya. Hargai dan dukung keputusan-keputusan anak tersebut sepenuhnya.

2. Lihat dan fokus selalu pada hal-hal positif yang dilakukannya. Kemajuan sekecil apapun pada anak, terima dan puji dia. Ortu sebaiknya heboh pada hal yang positif dari anak ketimbang hal negatifnya. Jangan kita sibuk melihat kekurangan anak. Anak yang selalu melihat hal positif dalam dirinya akan berusaha menjadi seorang problem solver. Sebaliknya, anak yang melihat hal-hal negatif di dirinya akan selalu lari dari masalahnya. Dia akan tergantung orang lain untuk membantunya menyelesaikan masalahnya. Karena selalu menganggap dirinya tidak punya kemampuan dan keberanian mengurus urusannya.

3. Anak boleh salah. Ketika dia mengambil pilihan yang salah dan menerima resiko kesalahannya, biarkan saja. Ijinkan dia untuk salah. Karena dengan kesalahan dia jadi belajar bagaimana untuk tidak salah lagi. Sebagian anak ada yg melakukan kesalahan yg sama berulang-ulang. Itu juga tidak apa-apa karena setiap anak berbeda. Cara belajarnya juga beda-beda. Salah itu ok, dan sumber belajar yang baik. Karena banyak orang-orang yang sukses ternyata mereka sebelumnya mengalami kegagalan berkali-kali.

4. Ortu hendaknya bersabar dan memahami anak, juga jangan heboh dengan kesalahannya. Lebih efektif anak diajak ngobrol apa yang terjadi tadi dan kira-kira apa yang didapatinya dr peristiwa tersebut.Hargai juga hak anak jika dia sedang tidak ingin menceritakan masalahnya. Bisa jadi dia lagi butuh kontemplasi diri dari pengalamannya itu. Ketika anak sudah siap bercerita, maka disitulah kita jadi pendengar yang baik.

5. Jadilah pendengar yang baik. Ketika anak sedang menceritakan masalahnya, terkadang dia tidak butuh kita sebagai pencari solusi masalahnya. Dia hanya butuh didengarkan apa yang ingin dia sampaikan ttg masalahnya. Ketika didengarkan dengan efektif, anak merasa dipahami dan diterima perasaannya. Ini menjadi energi baru untuk menemukan dan menyelesaikan masalahnya sendiri.

6. Penuhi hidupnya dengan kata-kata positif termasuk tentang dirinya, hindari kata-kata negatif dan pandangan-pandangan negatif. Karena dengan kata-kata positif tersebut konsep diri anakpun akan terbentuk positif. Ini modal yang baik untuk menjadi seorang problem solver.

7. Beri anak tanggung jawab yang berhubungan dengan keluarganya ataupun rumah, sesuai tahapan perkembangan usia. Misalkan menjaga adik, memeriksa kunci rumah dan jendela, menyiapkan teh untuk ayah sepulang kantor, membuang sampah dsb. Untuk memintanya bertanggung jawab, hendaknya dibangun kesadarannya dulu. Libatkan juga pendapatnya tentang permasalahan yang terjadi di rumah. Bagaimana anak merasa menjadi bagian dari penghuni rumah dan turut serta mengurus rumah bersama-sama anggota keluarganya yang lain. Seorang problem solver adalah orang-orang yang bertanggung jawab dengan pihak-pihak di sekelilingnya.

Sekian dulu sharing saya mbak Dini. Semoga membantu.

About Rika

Bunda 3 anak yang mudah-mudahan selalu bersemangat belajar. Sedang hobi memasak, terutama memasak kue. Suka membaca dan menulis. Saat ini, sedang berusaha bergulat menyeimbangkan antara pekerjaan rumah sehari-hari tanpa asisten rumah tangga dan meng-home education-kan ketiga anaknya, Abdan Syakuro, Aisha Ain Al Saba dan Aqilla Ibtihal Imani.

Leave a comment